Minggu, 24 Oktober 2010

RELATIVITAS UMUM

Relativitas umum, bisa dikatakan sebagai relativitas khusus yang diperluas ke masalah gravitasi. Kita tahu bahwa menurut relativitas khusus ada kesetaraan antara massa dan energi sesuai persamaan Einstein E = mc2 dengan kecepatan cahaya di ruang hampa adalah batas kecepatan tertinggi bagi materi di jagat raya. Relativitas khusus juga menyimpulkan bahwa waktu mutlak tidak ada, dan waktu menjadi satu koordinat yang tak terpisahkan dengan tiga koordinat ruang dalam jagat raya. Sehingga waktu menjadi relatif karena dipengaruhi oleh ruang, dan menciptakan ruang-waktu yang berdimensi-4. Karena itu, pergerakan materi yang mendekati kecepatan cahaya, menghasilkan efek pemuluran waktu, pemendekan panjang, kenaikan massa dll. Menurut relativitas khusus, ruang-waktu di jagat raya ini datar.

Relativitas khusus sangat berhasil diterapkan pada hukum Newton dan membuat ketiga hukum itu menjadi sebuah kasus khusus dari relativitas khusus, dimana kecepatan materi demikian rendah bila dibandingkan dengan kecepatan cahaya. Relativitas khusus menemui kesulitan bila diterapkan pada hukum gravitasi Newton. contohnya, sistem Bumi - Matahari yang menurut Newton oleh persamaan: F = GMm/R2 dengan R (jarak rata2 Bumi-Matahari) 150 juta km. Jika tiba-tiba saja Matahari meledak hebat dan lenyap, maka F di Bumi pun harus 'seketika' berubah, dengan selang waktu perubahan yang tak bisa diukur (karena kecepatan yang besar). Sementara relativitas khusus membatasi kecepatan perubahan F tidak boleh melampaui kecepatan cahaya. Artinya Bumi baru mengalami perubahan F dalam waktu 8,33 menit setelah meledaknya Matahari. Dua hal ini saling bertolak belakang.

A. Prinsip Equivalensi
Ketika Newton merumuskan Hukum Gerak dan Hukum Gravitasinya, ia mendefinisikan dua jenis massa, massa inersial dan massa gravitasi. Massa inersial diukur berdasarkan ukuran kelembaman suatu benda terhadap gaya dorong atau tarik yang bekerja, sedangkan massa gravitasi diukur berdasarkan pengaruh gaya gravitasi pada benda tersebut. Para eksperimentalis semenjak zaman Newton hingga pertengahan abad ke-20 telah berusaha membuktikan kesetaraan antara kedua jenis massa tersebut. Salah satu percobaan yang terkenal ialah percobaan Eotvos yang membuktikan bahwa kedua massa tersebut setara dengan tingkat akurasi hingga orde 10−9. Berdasarkan bukti-bukti eksperimen tersebut, akhirnya Eisntein menyimpulkan dalam postulatnya yang terkenal dengan nama Prinsip Equivalensi Massa bahwa ”Gaya gravitasi dan gaya inersial yang bekerja pada suatu benda adalah sama (equivalen) dan tak terbedakan (indistinguishable) satu sama lain”. Konsekuensi dari prinsip ini ialah bahwa tidak ada lagi kerangka acuan inersial. Dengan demikian, maka konsep percepatan yang diperkenalkan pada fisika Newtonian tidak lagi absolut.

B. Prinsip Kovarian Umum
Akibat prinsip equivalensi massa yang menyebabkan tidak adanya kerangka acuan inersial, maka prinsip Relativitas Khusus yang menyatakan bahwa hukum-hukum fisika berlaku sama pada kerangka acuan inersial tidaklah berlaku umum. Oleh karena itu, Einstein merumuskan postulat keduanya yang terkenal dengan nama Prinsip Kovarian Umum (General Covariance Principle) yang menyatakan bahwa ”Semua hukum-hukum fisika berlaku sama pada semua kerangka acuan tanpa kecuali”. Konsekuensi dari prinsip ini ialah bahwa setiap besaran fisika haruslah dinyatakan dalam bentuk yang umum dan tidak tergantung koordinat dimana ia didefinisikan. Artinya, semua besaran fisika harus dinyatakan dalam bentuk tensor. Dalam Teori Relativitas Khusus, hukum-hukum gerak dinyatakan dalam bentuk yang invarian terhadap transformasi Lorentz dengan konsekuensi diperkenalkannya konsep ruang-waktu dimensi 4 dengan metrik Minkowski . Sebagai generalisasi dari teori tersebut, maka Teori Relativitas Umum menyatakan bahwa hukum-hukum fisika haruslah invarian terhadap transformasi umum dengan konsep ruang-waktu 4-dimensi. Maka, dapatlah disimpulkan bahwa pada Teori Relativitas Umum, ruang-waktu membentuk suatu manifold diferensiabel, yaitu manifold pseudo-Riemann 4-dimensi M41 dengan metrik yang digeneralisasi (metrik Riemann). Berdasarkan Prinsip Equivalensi, dapat pula disimpulkan bahwa medan gravitasi equivalen dengan manifold pseudo-Riemann M41. Dari dua pernyataan terakhir dapat dilihat bahwa sebenarnya ruang-waktu dan medan gravitasi (dan juga distribusi materi sebagai sumbernya) adalah setara atau saling terkopel satu sama lain.

C. Uji Relativitas Umum
1. Pergeseran Spektural Gravitasi.
Frekuensi akan berubah ketika melewati medan gravitasi yang berbeda, frekuensi lebih besar di daerah potensial gravitasi yang lebih tinggi.
2. Pembelokan Cahaya Bintang.
Arah kecepatan cahaya tidak konstan dalam medan gravitasi akibat massa gravitasinya. Sehingga terjadi pembelokan cahaya dalam medan gravitasi.
3. Waktu Tunda Gema Radar.
Sinyal tidak melintasi lintasan lurus Euklid, melainkan lintasan geodesik ruang lengkung. Mengakibatkan perjalanan pulang-pergi sinyal radar akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
4. Presesi Perihelion Merkuri.
Garis edar tidak berbentuk elips tertutup. Akibat dari ruang-waktu lengkung di sekitar bintang menyebabkan arah perihelion sedikit mengalami presesi.
5. Singularitas Schwarzschild.
Detak jam tidak sama jika berada dalam potensial gravitasi yang berbeda.

Pustaka:
1. Krane, S. Kenneth, Modern physics, 1996
2. Renick, R., Special Relativity, 1968

Kamis, 10 Desember 2009


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................1
BAB 1. PENDAHULUAN ..........................................................2
1.1
Kegiatan Keilmuan ......................................................2
1.2
Fisika dan Hubungannya dengan Bidang Lain ...........3
1.3
Model, Teori dan Hukum.............................................3
1.4
Pengukuran dan Ketidakpastian .................................4
1.5
Satuan, Standar dan Sistem SI...................................4
1.6
Matematika dalam Fisika ............................................5
1.7
Quis 1..........................................................................5
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Kegiatan Keilmuan
Sains merupakan suatu aktivitas kreatif untuk memahami fenomena alam. Dalam Sains ada
beberapa aspek penting, yaitu:
Pengamatan peristiwa,
Dalam pengamatan dibutuhkan imajinasi, karena seorang ilmuwan
dituntut untuk dapat melakukan penilaian mengenai apa yang relevan dengan pengamatan mereka.
Kesimpulan tentang keadaan alamiah sebuah benda oleh Aristotle dan Galileo merupakan contoh
kasus yang menarik. Aristotle dalam menginterpretasikan gerakan benda pada permukaan horisontal
sampai pada kesimpulan bahwa keadaan alamiah suatu benda adalah diam karena semua benda
yang diberi dorongan awal di atas tanah selalu bergerak semakin lambat dan akhirnya berhenti.
Sedangkan Galileo menyimpulkan bahwa benda dalam keadaan bergerak sama alaminya dengan
benda dalam keadaan diam. Dalam mengambil kesimpulan ini, Galileo telah melibatkan imajinasinya
yaitu bahwa jika gesekan (friksi) dapat dihilangkan, sebuah benda yang diberi dorongan awal pada
permukaan horisontal akan terus bergerak untuk jangka waktu tak terbatas. Lompatan konseptual
imajinatif Galileo ini telah membentuk pandangan modern mengenai gerak.
Perumusan Teori
, Tujuan dari perumusan teori adalah untuk menjelaskan dan mengatur
pengamatan. Teori tidak dapat diturunkan langsung dari pengamatan semata namun merupakan
inspirasi yang datang dari pikiran manusia. Gagasan bahwa zat tersusun atas atom (teori atom)
misalnya, tentu saja tidak didapat karena seseorang mengamati atom melainkan gagasan tersebut
muncul dari kreatifitas berpikir.
Pengujian Teori
, Yang membedakan antara sains dengan aktivitas kreatif lainnya (bidang seni
dan sastra) adalah bahwa sains memerlukan pengujian dari gagasan-gagasannya untuk melihat
apakah prediksi tersebut dapat didukung dengan eksperimen.
Penerimaan Teori,
Teori pada umumnya tidak sempurna – (sebuah teori jarang bis tepat sama
dengan eksperimen dalam batas-batas kesalahan eksperimen , dalam semua kasus di mana teori itu
diuji), bahkan sejarah sains telah mencatat bahwa teori yang telah lama dianggap betul adakalanya
digantikan oleh teori yang baru.
Pada beberapa kasus, sebuah teori yang baru dapat diterima oleh para ilmuwan karena
kesamaan prediksinya dengan eksperimen secara kuantitatif lebih baik dibandingkan dengan teori
2

yang lama. Namun tidak jarang pula sebuah teori baru dapat diterima karena bisa menjelaskan ruang
lingkup fenomena yang lebih luas daripada teori lama. Bahkan adakalanya sebuah teori baru
merupakan kemajuan kecil (penajaman) dari teori lama.
1.2 Fisika dan Hubungannya dengan Bidang Lain
Pada awal Sains merupakan satu kesatuan yang dikenal sebagai filosofi alam, sehingga dalam
perkembangannya fisika telah mempengaruhi dan dipengaruhi bidang-bidang lain. Seorang arsitek
tentu harus paham tentang statika (cabang fisika yang mempelajari gaya pada struktur setimbang)
agar rancangan bangunan yang dibuat aman dan dapat berdiri kokoh. Demikian pula dengan seorang
terapis fisik akan dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih efektif bila ia paham akan prinsip pusat
gravitasi dan cara kerja gaya-gaya dalam tubuh manusia.
Karya awal mengenai listrik yang berlanjut dengan penemuan baterai listrik dan arus listrik
dibuat oleh seorang fisiologis, Luigi Galvani, yang menemukan fenomena kelistrikan hewan ketika
mengamati sentakan kaki katak ketika bersentuhan dengan dua logam yanng berbeda jenis.
Fenomena kelistrikan hewan ini menjadi awal lahirnya konsep arus listrik.
1.3 Model, Teori dan Hukum
Model merupakan analogi atau bayangan mengenai fenomena yang bersangkutan dipandang
dari hal yang sudah akrab dengan kita. Tujuan pembuatan model itu sendiri adalah untuk memberikan
gambaran pendekatan –sesuatu yang dapat dipakai sebagai acuan- ketika kita tidak dapat melihat
apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dengan menggunakan model, maka kita akan dapat
memperoleh pemahaman yang lebih dalam sehingga akan dapat memberi ilham untuk melakukan
eksperimen baru serta dapat memberikan gagasan fenomena lain yang masih berkaitan dan mungkin
terjadi.
Model biasanya relatif sederhana dan memberikan kesamaan struktural dengan fenomena
yang sedang dipelajari, sedangkan teori bersifat lebih luas dan lebih rinci dan dapat memberikan
prediksi yang dapat diuji secara kuantitatif dengan ketepatan tinggi.
Istilah hukum digunakan untuk memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan tertentu
yang singkat tetapi bersifat umum mengenai perilaku alam. Sebagai contoh: hukum kekekalan energi,
hukum kekelakan momentum, hukum Newton kedua.
3

1.4 Pengukuran dan Ketidakpastian
Fisika merupakan suatu motivasi dan suatu metode dengan motivasinya adalah menemukan
sifat dasar dari benda-benda, sedangkan metodenya adalah dengan menyelidiki sistem-sistem
sederhana melalui eksperimen dan analisis matematis. Konsep dasar fisika didefinisikan dalam
pengukuran-pengukuran, dimana maksud teori-teori fisis yang dibangun adalah untuk
mengkorelasikan hasil-hasil pengukuran.
Pengukuran merupakan obyek utama perhatian fisika, karena suatu konsep tertentu hanya
dapat dipahami dalam kaitannya dengan metode yang digunakan. Sebagai contoh, kita akan dapat
memahami tentang konsep panjang, waktu ataupun massa bila metode yang kita gunakan untuk
mengukurnya sesuai.
Keterbatasan keakuratan alat yang digunakan serta keterampilan pelaku pengukuran akan
menentukan ketepatan pengukuran. Tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat, pasti ada
ketidakpastian yang berhubungan dengan suatu pengukuran. Sehingga untuk menyatakan hasil
pengukuran, penting untuk menyatakan ketepatan atau perkiraan ketidakpastian pada pengukuran
tersebut.
1.5 Satuan, Standar dan Sistem SI
Pengukuran semua besaran sebenarnya relatif terhadap suatu standard atau satuan tertentu,
dan satuan ini harus dispesifikasikan di samping nilai numeriknya. Sebagai contoh, ketika kita
mengukur panjang sebuah meja dan diperoleh hasil 22,56 maka nilai numerik ini harus dispesifikasi
terhadap suatu satuan. Tentu akan jauh berbeda 22,56 meter dengan 22,56 milimeter.
Ada 3 standard internasional yang diberlakukan untuk 3 jenis besaran pokok, yaitu meter untuk
panjang, sekon (detik) untuk waktu dan kilogram untuk massa. Acuan untuk standard ini mengalami
perbaikan dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, meter standard awalnya didefiniskan sebagai satu
persepuluh juta jarak antara garis equator bumi dengan salah satu kutub dan dibuatlah sebuah
penggaris platinum untuk merepresentasikan panjang ini. Pada tahun 1960, meter didefinisikan
kembali sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang cahaya ingga yang dipancarkan gas krypton 86.
Pada tahun 1983, meter didefinisikan ulang, sebagai panjang jalur yang dilalui oleh cahaya pada
ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792.458 sekon.
4

Standard sekon saat ini adalah waktu yang diperlukan untuk 9.192.631.770 periode radiasi
atom cesium. Sedangkan untuk standard kilogram saat ini adalah massa sebuah tabung platinum-
irridium khusus yang disimpan di Biro Internasional untuk Berat dan Ukuran di Paris.
1.6 Matematika dalam Fisika
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu alam (natural science) yang menjelaskan fenomena-
fenomena atau peristiwa-peristiwa alam dengan pendekatan fisis. Dalam kajiannya fisika memerlukan
matematika sebagai alat bantu utamanya, di samping ilmu kimia juga untuk kasus-kasus tertentu.
Kebanyakan kesulitan-kesulitan yang dijumpai dalam mempelajari fisika adalah akibat kurangnya
pemahaman matematika ini. Ada beberapa konsep dasar matematika yang diperlukan dalam
mempelajari fisika, di antaranya adalah: aljabar, geometri, trigonometri serta dasar-dasar kalkulus-
integral.
1.7 Quis 1
1. Selang waktu yang diukur dengan stopwatch memiliki ketidakpastian sekitar setengah sekon,
yang disebabkan oleh waktu reaksi manusia pada saat-saat start dan stop. Berapa persen
ketidakpastian pada pengukuran dengan tangan untuk waktu 7 menit?
2. Hitung luas, dan perkirakan ketidakpastiannya, dari lingkaran dengan jari-jari 2,76 cm
3. Berapa persen ketidakpastian dari volume bola yang jari-jarinya 3,66 ± 0,07 m?
4. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun. Tentukan berapa meter
1,00 tahun cahaya ini!
5. Sebuah keluarga dengan jumlah anggota 4 orang menggunakan air sebanyak 1200 liter per hari (
1l = 100 cm
). Berapa penurunan permukaan air danau pertahun jika danau ini mensuplai sebuah
3
kota seluas 50 km
dengan populasi 40.000 orang?
3
5

Sabtu, 31 Oktober 2009

Halliday ♦ Resnick ♦ Walker
FUNDAMENTALS OF PHYSICS
SIXTH EDITION
Selected Solutions
Chapter 5
5.9
5.29
5.43
5.53
9. In all three cases the scale is not accelerating, which means that the two cords exert forces of equal
magnitude on it. The scale reads the magnitude of either of these forces. In each case the tension force
of the cord attached to the salami must be the same in magnitude as the weight of the salami because
the salami is not accelerating. Thus the scale reading is mg, where m is the mass of the salami. Its
value is (11.0 kg)(9.8m/s2) = 108N.
29. The solutions to parts (a) and (b) have been combined here. The free-body diagram is shown below,
with the tension of the string T, the force of gravity mg, and the force of the air F. Our coordinate
system is shown. The x component of the net force is T sin θ − F and the y component is T cos θ − mg,
where θ = 3 7◦.
Since the sphere is motionless the
net force on it is zero. We answer
the questions in the reverse order.
Solving T cos θ − mg = 0 for the
tension, we obtain T = mg/ cos θ =
(3.0 × 10−4)(9.8)/ cos 37◦ = 3.7 ×
10−3 N. Solving T sin θ−F = 0 for
the force of the air: F = T sin θ =
(3.7×10−3) sin 37◦ = 2.2×10−3 N.
..................................................................................................................................................
............................
..................................................................................................................................................................................................................................
............................
..........................................................................................................................................................................................
............................
T
mg
F
θ

+x
+y
43. The free-body diagram for each block is shown below. T is the tension in the cord and θ = 30◦ is the
angle of the incline. For block 1, we take the +x direction to be upthe incline and the +y direction
to be in the direction of the normal force N that the plane exerts on the block. For block 2, we take
the +y direction to be down. In this way, the accelerations of the two blocks can be represented by the
same symbol a, without ambiguity. Applying Newton’s second law to the x and y axes for block 1 and
to the y axis of block 2, we obtain
T − m1g sin θ = m1a
N − m1g cos θ = 0
m2g − T = m2a
respectively. The first and third of these equations provide a simultaneous set for obtaining values of a
and T. The second equation is not needed in this problem, since the normal force is neither asked for
nor is it needed as part of some further computation (such as can occur in formulas for friction).
•.........................................................................................................................
............................
..............................................................................................................................................................................................
............................
........................................................................................................................................................................
............................
.............
.............
.............
.............
.............
...........
T
(+x)
m1g
N
θ
•.........................................................................................................................
............................
................................................................................................................................
............................
T
m2g
(+y)
(a) We add the first and third equations above: m2g −m1g sin θ = m1a +m2a. Consequently, we find
a =
(m2 − m1 sin θ)g
m1 + m2
=
(2.30 kg) − 3.70 sin 30.0◦) (9.8)
3.70 + 2.30
= 0.735 m/s2
.
(b) The result for a is positive, indicating that the acceleration of block 1 is indeed up the incline and
that the acceleration of block 2 is vertically down.
(c) The tension in the cord is
T = m1a + m1g sin θ = (3.70)(0.735) + (3.70)(9.8) sin 30◦ = 20.8 N .
53. The forces on the balloon are the force of gravity mg (down) and the force of the air Fa (up). We take
the +y to be up, and use a to mean the magnitude of the acceleration (which is not its usual use in
this chapter). When the mass is M (before the ballast is thrown out) the acceleration is downward
and Newton’s second law is Fa − Mg = −Ma. After the ballast is thrown out, the mass is M − m
(where m is the mass of the ballast) and the acceleration is upward. Newton’s second law leads to
Fa − (M − m)g = (M − m)a. The earlier equation gives Fa = M(g − a), and this plugs into the new
equation to give
M(g − a) − (M − m)g = (M − m)a =⇒ m =
2Ma
g + a
.

Sabtu, 28 Maret 2009

penggambaran bola langit

mulailah dengan menggambar lingkaran meridian